Sabtu, 28 Januari 2017

CERITA PENDEK (CERPEN)

Cerpen atau dapat disebut juga dengan cerita pendek merupakan suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerpen cenderung singkat, padat, dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain yang lebih panjang, seperti novella dan novel.

Cerpen merupakan salah satu jenis karya sastra yang memaparkan kisah atau cerita mengenai manusia beserta seluk beluknya lewat tulisan pendek dan singkat. Atau pengertian cerpen yang lainnya yaitu sebuah karangan fiktif yang berisi mengenai kehidupan seseorang ataupun kehidupan yang diceritakan secara ringkas dan singkat yang berfokus pada suatu tokoh saja.

Cerita pendek biasanya mempunyai kata yang kurang dari 10.000 kata atau kurang dari 10 halaman saja. Selain itu, cerpen atau cerita pendek hanya memberikan sebuah kesan tunggal yang demikian serta memusatkan diri pada salah satu tokoh dan hanya satu situasi saja.

 

Pengertian Cerpen Menurut Para Ahli



Berikut pendapat para ahli mengenai penjelasan tentang cerpen.
  1. Sumardjo dan Saini
Cerpen adalah cerita fiktif atau tidak benar-benar terjadi, tetapi bisa saja terjadi kapanpun serta dimanapun yang mana ceritanya relatif pendek dan singkat.
  1. Menurut KBBI
Cerpen berasal dari dua kata yaitu cerita yang mengandung arti tuturan mengenai bagaimana sesuatu hal terjadi dan relatif pendek berarti kisah yang diceritakan pendek atau tidak lebih dari 10.000 kata yang memberikan sebuah kesan dominan serta memusatkan hanya pada satu tokoh saja dalam cerita pendek tersebut.
  1. Nugroho Notosusanto dalam Tarigan
Cerpen atau cerita pendek yaitu sebuah cerita yang panjang ceritanya berkisar 5000 kata atau perkiraan hanya 17 hlm kuarto spasi rangkap serta terpusat pada dirinya sendiri.
  1. Hendy
Cerpen ialah suatu karangan yang berkisah pendek yang mengandung kisahan tungal.
  1. Aoh. K.H
Cerpen merupakan salah satu karangan fiksi yang biasa disebut juga dengan kisahan prosa pendek.
  1. J.S. Badudu
Cerpen merupakan cerita yang hanya menjurus serta terfokus pada satu peristiwa saja.
  1. H. B. Jassin
Menurut pendapat H. B. Jassin, cerpen ialah sebuah cerita yang singkat yang harus memiliki bagian terpenting yakni perkenalan, pertikaian, serta penyelesaian.

Ciri-Ciri Cerpen

  1. Jalan ceritanya lebih pendek dari novel
  2. Sebuah cerpen memiliki umlah kata yang tidak lebih dari 10.000 (10 ribu) kata
  3. Biasanya isi cerita cerpen berasal dari kehidupan sehari-hari
  4. Tidak menggambarkan semua kisah para tokohnya, hal ini karena dalam cerpen yang digambarkan hanyalah inti sarinya saja.
  5. Tokoh dalam cerpen digambarkan mengalami masalah atau suatu konflik hingga pada tahap penyelesainnya.
  6. Pemakaian kata yang sederhana serta ekonomis dan mudah dikenal pembaca.
  7. Kesan yang ditinggalkan dari cerpen tersebut sangat mendalam sehingga pembaca dapat ikut merasakan kisah dari cerita tersebut.
  8. Biasanya hanya 1 kejadian saja yang diceritakan.
  9. Memiliki alur cerita tunggal dan lurus.
  10. Penokohan pada cerpen sangatlah sederhana, tidak mendalam serta singkat

Struktur Cerpen

  1. Abstrak
Abstrak merupakan ringkasan atau inti dari cerita pendek yang akan dikembangkan menjadi sebuah rangkaian-rangkaian peristiwa atau bisa juga sebagai gambaran awal dalam cerita. Abstrak bersifat opsional atau dalam artian bahwa setiap cerpen boleh tidak terdapat struktur abstrak tersebut.
  1. Orientasi
Orientasi berkaitan dengan waktu, suasana, dan tempat yang berkaitan dengan jalan cerita dari cerpen tersebut.
  1. Komplikasi
Komplikasi berisi urutan kejadian-kejadian yang dihubungkan secara sebab dan akibat. Pada komplikasi, biasanya mendapatkan karakter ataupun watak dari berbagai tokoh cerita pendek tersebut, hal ini karena pada bagian komplikasi kerumitan mulai bermunculan.
  1. Evaluasi
Evaluasi yaitu struktur konflik yang terjadi dan mengarah pada klimaks serta sudah mulai mendapatkan penyelesaiannya dari konflik yang terjadi tersebut.
  1. Resolusi
Pada bagian resolusi, pengarang mulai mengungkapkan solusi yang dialami tokoh.
  1. Koda
Pada bagian koda, terdapat nilai ataupun pelajaran yang dapat diambil dari cerita pendek tersebut oleh pembacanya.

Unsur Intrinsik Cerpen

  1. Tema
Tema adalah sebuah gagasan pokok yang mendasari dari jalan cerita sebuah cerpen. Tema biasanya dapat langsung terlihat jelas di dalam cerita atay tersurat dan tidak langsung, dimana si pembaca harus teliti dan dapat menyimpulkan sendiri atau tersirat.
  1. Alur / Plot
Jalan dari sebuah kisah cerita merupakan karya sastra. Secara garis besar, alur merupakan urutan tahapan jalannya cerita, antara lain : perkenalan > muncul konflik atau suatu permasalahan > peningkatan konflik > puncak konflik (klimaks) > penurunan konflik > selesaian.
  1. Setting
Setting sangat berkaitan dengan tempat atau latar, waktu, dan suasana dalam cerpen tersebut.
  1. Tokoh
Tokoh merupakan pelaku yang terlibat dalam cerita tersebut. Setiap tokoh biasanya mempunyai karakter tersendiri. Dalam sebuah cerita terdapat tokoh protagonis atau tokoh baik dan antagonis atau tokoh jahat serta ada juga tokoh figuran yaitu tokoh pendukung.
  1. Penokohan
Penokohan yaitu pemberian sifat pada tokoh atau pelaku dalam cerita tersebut. Sifat yang telah diberikan dapat tercermin dalam pikiran, ucapan, dan pandangan tokoh terhadap sesuatu hal. Metode penokohan ada 2 (dua) macam diantaranya:

Metode analitik adalah suatu metode penokohan dengan cara memaparkan atau menyebutkan sifat tokoh secara langsung, seperti seperti: pemberani, penakut, pemalu, keras kepala, dan sebagainya.

Metode dramatik adalah suatu metode penokohan dengan cara memaparkannya secara tidak langsung, yaitu dapat dengan cara : penggambaran fisik (Misalnya cara berpakaian, postur tubuh, dan sebagainya), penggambaran dengan melalui sebuah percakapan atau dialog, reaksi dari tokoh lain (dapat berupa pendapat, sikat, pandangan, dan sebagainya).

  1. Sudut Pandang
Adalah cara pandang pengarang dalam memandang suatu peristiwa di dalam cerita. Sudut pandang ada 4, antara lain:
    1. Sudut Pandang Orang Pertama Pelaku Utama
      Dalam sudut pandang ini, tokoh ”aku” mengisahkan tentang berbagai peristiwa yang terjadi serta tingkah laku yang dialaminya. Tokoh ”aku” akan menjadi pusat perhatian dari kisah cerpen tersebut. Dalam sudut pandang ini, tokoh "aku" digunakan sebagai tokoh utama.
      Contoh:
      Pagi ini cuaca begitu cerah hingga dapat mengubah suasana jiwaku yang penat karena setumpuk tugas yang terbengkelai menjadi teringankan. Namun, sekarang aku harus mulai bangkit dari tidurku dan bergegas untuk mandi karena pagi ini aku harus bekerja keras.
    2. Sudut Pandang Orang Pertama Pelaku Sampingan
      Tokoh ”aku” muncul tidak sebagai tokoh utama lagi, melainkan sebagai pelaku tambahan. Tokoh ”aku” hadir dalam jalan cerita hanya untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan kemudian ”dibiarkan” untuk dapat mengisahkan sendiri berbagai pengalaman yang dialaminya. Tokoh dari jalan cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang pada akhirnya akan menjadi tokoh utama, sebab ialah yang lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa, serta berhubungan dengan tokoh-tokoh yang lainnya. Dengan demikian tokoh ”aku” cuman tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap berlangsungnya sebuah cerita yang ditokohi oleh orang lain. Tokoh ”aku” pada umumnya hanya tampil sebagai pengantar dan penutup cerita.
      Contoh:
      Sekarang aku tinggal di Jakarta, kota metropolitan yang memiliki beribu-ribu kendaraan. Dulu, aku sempat menolak untuk dipindahkan ke ibukota. Tapi, pada kali ini aku sudah tidak kuasa untuk menghindar dari tugas ini. Ternyata, bukan aku saja yang mengalaminya. Teman asramaku yang bernama Andi, juga mengalami hal yang sama. Kami berdua sangatlah akrab dan berjuang bersama-sama dalam menghadapi kerasnya kota Jakarta.
    3. Sudut Pandang Orang Ketiga Serbatahu
      Kisah cerita dari sudut ”dia”, namun pengarang atau narator dapat menceritakan apa saja hal-hal dan tindakan yang menyangkut tokoh ”dia” tersebut. Pengarang mengetahui segalanya.
      Contoh:
      Sudah genap 1 bulan dia menjadi pendatang baru di perumahan ini. Tapi, dia juga belum satu kali pun terlihat keluar rumah cuman untuk sekedar beramah-tamah dengan tetangga yang lain. “Apakah si pemilik rumah itu terlalu sibuk ya?” ungkap salah seorang tetangganya. Pernah 1 kali dia kedatangan tamu yang katanya adalah saudaranya. Memang dia adalah sosok introvert, jadi walaupun saudaranya sendiri yang datang untuk berkunjung, dia tidak menyukainya.
    4. Sudut Pandang Orang Ketiga Pengamat
      Dalam sudut pandang ini berbeda dengan orang ketiga serbatahu. Pengarang hanya melukiskan apa yang dilihat, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh tersebut, namun terbatas pada seorang tokoh saja. 
      Contoh:
      Entah apa yang telah terjadi dengannya. Pada saat datang, ia langsung marah. Memang kelihatannya ia mempunyai banyak masalah. Tapim kalau dilihat dari raut mukanya, mungkin tak hanya itu yang sedang ia rasakan. Tapi sepertinya dia juga sakit. Bibirnya tampak kering, wajahnya pucat, serta rambutnya kusut.
  1. Amanat
Amanat merupakan sebuah pesan dari seorang penulis atau pengarang cerita tersebut kepada pembaca agar pembaca dapat bertindak atau melakukan sesuatu.

Unsur Ekstrinsik Cerpen

Unsur ekstrinsik cerpen merupakan sebuah unsur yang membentuk cerpen dari luar, berbeda dengan unsur intrinsik cerpen yang membentuk cerpen dari dalam. Unsur ekstrinsik cerpen tidak terlepas dari keadaan masyarakat saat dimana cerpen tersebut dibuat oleh pengarang. Unsur ini sangat memiliki banyak sekali pengaruh terhadap penyajian amanat ataupun latar belakang dari cerpen tersebut. Berikut unsur ekstrinsik cerpen.
  1. Latar Belakang Masyarakat
Latar belakang masyarakat yaitu suatu pengaruh dari kondisi latar belakang masyarakat terhadap terbentuknya sebuah jalan cerita. Pemahaman tersebut dapat berupa pengkajian Ideologi negara, kondisi politik, sosial masyarakat, sampai dengan kondisi ekonomi pada masyarakat itu sendiri.
  1. Latar Belakang Pengarang
Latar belakang pengarang dapat meliputi pemahaman pengarang terhadap sejarah hidup serta sejarah hasil karangan yang telah dibuat sebelumnya.
    1. Biografi
Biografi biasanya berisikan tentang riwayat hidup pengarang cerita tersebut yang ditulis secara keseluruhan.
  1. Kondisi Psikologis
Kondisi psikologis berisi tentang pemahaman kondisi mood ketika pengarang menulis kisah cerita tersebut.
    1. Aliran Sastra
Aliran sastra seorang pengarang pastinya akan mengikuti suatu aliran sastra tertentu. Hal tersebut sangatlah berpengaruh terhadap gaya penulisan yang dipakai oleh pengarang dalam menciptakan sebuah kisah dalam cerpen tersebut.



Contoh Cerpen

Kupu-kupu Ibu

AKU melihatnya. Aku melihat perempuan yang pernah kau ceritakan. Sepulang sekolah tadi, di dekat taman, aku melihat sepasang kupu-kupu berputar saling melingkar. Tapi mereka tak seperti kupu-kupu dalam ceritamu, Ayah. Mereka lebih cantik. Yang satu berwarna hitam dengan bintik biru bercahaya seperti mutiara. Yang lain bersayap putih jernih, sebening sepatu kaca Cinderella, dengan serat tipis kehijauan melintang di tepi sayapnya.

Aku takjub. Aku mengejarnya. Kupu-kupu itu masuk ke dalam taman, dan aku terus saja mengikutinya. Dan ternyata kedua kupu-kupu itu menghampiri seorang perempuan yang duduk di bangku yang agak terpisah dari bangku-bangku taman lainnya. Kupu-kupu itu asyik berputar-putar di atas kepala perempuan itu.

Aku tersadar. Itu perempuan yang Ayah ceritakan. Sebelum aku sempat membalikkan badan untuk meninggalkan taman itu, ia berbicara padaku. Aku tak menyangka. Tidak, Ayah. Ia tidak bisu seperti yang kau bilang. Dan katamu ia seorang yang menyeramkan, hingga aku membayangkan perempuan itu sebagai nenek penyihir. Ayah, perempuan itu sangat cantik. Sama cantiknya dengan kedua kupu-kupu itu.

Oya, dia baik juga. Ia memintaku duduk di sisinya. Menemaninya bermain dengan kupu-kupu itu. Dia mengajariku membelai sayap kupu-kupu. Kami bercerita tentang kesukaan kami masing-masing. Dan ternyata, selain menyenangi kupu-kupu, kami juga sama-sama menyukai es krim rasa vanila dengan taburan kacang almond, senang buah apel, dan tidur di antara banyak bantal dan boneka.

***

Kau ingat ceritaku, Ning? Tentang dua ekor kupu-kupu dan seorang perempuan yang jatuh cinta pada mereka? Ah, kurasa kau sudah lupa. Ketika pertama kali kuceritakan ini, kau masih kecil, belum juga TK. Bahkan aku masih ingat, kau memakai terusan jingga dengan hiasan pita merah melingkar di pinggang, bergambar kelinci putih yang mengedipkan matanya di bagian depan. Baju kesukaanmu saat itu. Kau berbaring di tempat tidur. Menatapku. Menunggu dongeng pengantar tidur. Ada segaris senyum tipis di wajah kanakmu yang hening. Sehening namamu, Ning.

Aku rindu menceritakannya lagi padamu. Sembari mengenang masa kecilmu yang penuh cekikik geli atau rengekan manja yang sering membuatku gemas. Anggap saja masa kecilmu tak sanggup mengingat dongeng itu. Dan sekarang, aku akan mengingatkannya kembali untukmu, Ning.

Setiap senja, Ning, di taman dekat sekolah, selalu ada seorang perempuan yang duduk di sudut taman. Ketika langit mulai berwarna jingga, ia hadir di taman itu dan selalu menunggu kedatangan dua ekor kupu-kupu cantik. Ya, keduanya cantik. Yang seekor bersayap hijau dengan serat-serat kecokelatan pada garis guratannya. Kira-kira seperti daging buah avokad yang matang. Dan yang seekor lagi bersayap biru, dengan sedikit bintik-bintik putih. Ya, mirip dengan motif tas tangan ibu di potret keluarga yang ada di ruang tamu. Tak ada yang tahu tentang apa yang dilakukannya bersama kedua kupu-kupu itu setiap senja. Lalu setelah langit kehilangan garis jingga terakhir, kedua kupu-kupu itu pun meninggalkan taman, sebelum malam membuat mata mereka jadi buta. Perempuan itu pun pergi. Berjalan gontai, dengan tundukan kepala yang dalam. Seolah ia ingin sekali melupakan seluruh hari yang pernah dijalaninya.

Orang-orang di sekitar sini tak ada yang mengenalnya. Tak ada yang tahu namanya. Tak ada yang mengerti ia berasal dari keluarga yang mana. Bahkan tak ada yang pernah berbicara dengannya. Walau hanya sekadar perbincangan basa-basi tanpa perkenalan. Orang-orang tak tahu di mana rumahnya. Kemudian setiap senja berakhir, ketika orang-orang mulai sibuk dengan menu makan malam dengan keluarganya masing-masing, perempuan itu seakan-akan menghilang. Tak ada jejak yang bisa menunjukkan keberadaannya.

Bagimu mungkin tak ada yang mengherankan. Seperti juga dirimu yang mencintai kupu-kupu. Semua berjalan seperti biasa tanpa ada kejadian yang berarti. Sampai kemudian tersiar kabar bila perempuan itu bisu. Karena sempat di suatu pengujung senja, saat perempuan itu meninggalkan taman, seseorang tak sengaja melihatnya lalu menyapanya. Tapi perempuan itu cuma mengangguk tersenyum, tanpa bicara apa-apa.

Lambat laun orang-orang mulai curiga dengan keberadaannya di taman. Orang-orang juga heran dengan keberadaan kedua kupu-kupu itu. Banyak yang menduga bila perempuan itu bisa berbicara dengan kupu-kupu. Hanya dengan kupu-kupu, Ning. Orang-orang pun mulai menyiarkan kabar bila perempuan itu memiliki ilmu hitam. Sejak itu pula orang-orang mulai menjauhinya. Tak ada yang mau datang ke taman dekat sekolah setiap senja. Orang-orang takut akan bertemu dengan perempuan itu bila datang ke sana. Itulah sebabnya, taman dekat sekolah selalu sunyi sebelum senja datang, sebelum langit mengguratkan cahaya jingga di tubuhnya.

Ning, ini bukanlah dongeng seperti yang biasanya kuceritakan sebelum kau tidur. Bukan cerita serupa Putri Rapunzel, Cinderella, Putri dan Biji Kapri, Tiga Babi Kecil, atau cerita Serigala yang Jahat. Tapi ini benar-benar ada. Perempuan itu betul-betul datang setiap senja ke taman dekat sekolah. Ayah sengaja menceritakan ini agar kau tak datang ke taman ketika kau pulang sekolah saat senja.

***

Ning, mengapa kau kemari lagi? Segeralah pulang. Ayahmu akan curiga bila kau selalu pulang terlambat dari sekolah. Kau pun pasti telah mendengar dari orang-orang tentangku. Aku memang kesepian. Gunjingan orang-orang membuatku disingkirkan. Tapi, janganlah kau terlampau sering datang menemuiku. Apalagi bila hanya ingin bermain dengan kupu-kupu yang sering menemaniku. Atau sekadar ingin membawakan aku es krim atau buah apel. Kau bisa bermain dengan kupu-kupu lain yang mungkin lebih cantik dari kedua kupu-kupu di taman ini. Kau juga bisa makan es krim dengan ayahmu. Sedangkan aku sudah terbiasa hidup dalam kesendirian. Setidaknya aku masih bisa menemukan sedikit keributan di taman ini setiap senja. Mendengar kepak sayap burung-burung yang pulang ke sarang, riuh pepohonan menyambut malam yang membawakan selimut tidurnya, bising binatang malam yang bersiap keluar sarang bila malam tiba. Tonggeret, kodok, jangkrik. Jujur saja, aku lebih suka sendiri. Aku tak mau merepotkanmu. Karena suatu saat kau mungkin akan menemui kesulitan hanya karena keberadaanku.

Aku yakin, Ning, suatu saat kau akan menemukan kupu-kupu yang kau sukai. Yang akan selalu menemanimu. Meski ia harus mengalami kelahiran berulang kali sebagai kupu-kupu, untuk menemanimu. Ning, aku tak ingin orang-orang akan ikut bergunjing tentangmu, hanya karena kau menemuiku di sini. Aku tak mau orang-orang menjauhimu, bila mereka tahu kau pernah datang mengunjungiku. Bahkan teman-teman sekolahmu mungkin tak mau lagi berbicara denganmu. Pulanglah, Ning. Aku juga harus bergegas pulang. Matahari telah tampak uzur hari ini. Sudah tiba waktunya bagi kedua kupu-kupu ini untuk tidur.

***

Ayah, senja tadi aku tak melihat kedua kupu-kupu itu di taman. Mungkin mereka sedang tidur. Mungkin mereka tanpa sadar sudah menanggalkan sayapnya, menanggalkan ruhnya, menjadi telur-telur cantik yang akan menetas jadi ulat-ulat cantik warna-warni dan gemuk, dan sebentar lagi bersemayam dalam kepompong putih yang rapuh lalu menjadi kupu-kupu baru yang lebih cantik.

Ayah, aku juga tak melihat perempuan itu. Tak ada seorang pun di taman senja tadi. Aku sudah berkeliling mencarinya. Padahal, aku sudah membeli sebatang cokelat putih untuk kami nikmati bersama-sama. Ayah, apa perempuan itu marah padaku? Apa perempuan itu kesal karena aku sering mengunjunginya? Apa kunjunganku membuat perempuan itu terganggu? Kalau ia memang marah, aku tak mengerti sebabnya. Dia tak pernah marah padaku. Selalu tersenyum bila aku datang, mencium keningku setiap kami berpisah di pertigaan dekat taman ketika kami pulang bersama sehabis senja. Perempuan itu tak pernah mengatakan bila ia terganggu dengan keberadaanku.

Memang perempuan itu pernah melarangku untuk datang menemuinya. Perempuan itu mengatakan bila ia lebih suka sendiri. Tapi aku tak percaya padanya. Aku yakin bila ia tak mau menemuiku karena sebab lain. Karena biasanya wajah perempuan itu selalu tampak riang menyambut kedatanganku. Bila aku berlari menghampirinya, tangannya akan terentang lebar ingin memelukku. Aku tahu ia selalu menunggu kedatanganku.

Ayah, aku rindu pada kedua kupu-kupu itu. Aku juga ingin bertemu dengan perempuan itu. Kuharap kau tidak marah bila aku sering menemuinya. Aku sangat senang bermain dengan mereka. Jauh lebih menyenangkan dibandingkan bermain lompat tali dengan teman-teman. Ayah, apa kau betul-betul tak mengenal perempuan itu? Apa kau benar-benar tak tahu di mana ia tinggal? Kumohon, antarkan aku ke sana.

***

Ning, lihatlah halaman rumah kita, penuh dengan kupu-kupu mungil warna-warni yang cantik. Sayap mereka berkilauan. Tapi ada tiga kupu-kupu yang lebih besar. Lihatlah, yang dua ekor itu seperti yang kau temui di taman bukan? Dan yang paling besar adalah kupu-kupu yang tercantik dari seluruh kupu-kupu itu. Aku pun baru kali ini melihat kupu-kupu seindah itu, Ning. Warna ungu dan hijau di sayapnya berpadu sangat serasi. Caranya mengepakkan sayap dengan pelan dan lembut. Sangat anggun, seperti ibumu.

Lihat, matamu sampai berkaca-kaca melihatnya. Kau senang bukan, sekarang kau memiliki banyak sekali kupu-kupu yang indah. Kau rindu pada kupu-kupu, kan? Bermainlah bersama mereka, Ning. Aku yakin mereka pun akan senang bermain denganmu.

***

Tidak. Aku tak ingin bermain bersama mereka. Lihatlah kupu-kupu yang paling besar itu. Kupu-kupu itu memang yang paling cantik. Tapi, warnanya persis sama dengan warna gaun perempuan itu ketika terakhir kali aku menemuinya. Perempuan itu, Ayah. Aku tak mau ia berubah menjadi kupu-kupu hanya untuk menemaniku. Biar saja kupu-kupu lainnya meninggalkanku, asalkan perempuan itu tetap ada untukku. Aku tak ingin bermain dengan kupu-kupu. Aku ingin perempuan itu, Ayah. Hanya perempuan itu. Aku hanya ingin ibuku.


Yogyakarta, 2006



Jawablah pertanyaan berikut!
  1. Setelah membaca teks cerita pendek “Kupu-Kupu Ibu”, dapatkah menyebutkan tokoh-tokohnya?(Ning, Ayah Ning, Perempuan Misterius)
  2. Di manakah tempat cerita itu berlangsung? (Taman, Halaman sekolah)
  3. Bagaimana susunan peristiwa dalam cerita pendek itu?(Menggunakan alur maju)
  4. Dapatkah kamu menuliskan ide pokok cerita pendek itu yang diyakini dan dijadikan sumber cerita? (Aku hanya ingin ibuku)
  5. Cobalah identifikasi bagian cerita berupa lukisan, waktu, tempat, atau kejadian yang merupakan awal cerita! (waktu sore, tempat halaman rumah, dan taman )
  6. Dapatkah kamu menandai bagian yang menceritakan masalah yang dihadapi pelaku cerita?(Paragraf terakhir)
  7. Dapatkah kamu mengidentifikasi puncak ketegangan atau klimaks dalam cerita itu yang menggambarkan masalah dalam cerita sudah sangat gawat atau konflik telah memuncak? (Ayah Ning melarang Ning pergi ke taman lagi)
  8. Bagaimanakah masalah dalam cerita itu diatasi atau diselesaikan? (Ayah Ning membuat taman di halaman rumah)
  9. Dapatkah kamu mengenali tokoh dari dialog atau penjelasan tentang tokoh? (Ning yang mempunyai sifat keingintahuan yang besar tentang sesuatu yang selalu ayahnya bicarakan. sedangkan sang ayah adalah seorang yang bijak dan berwibawa namun juga seorang penghasut yang handal, terbukti dari ia menghasut Ning dengan cerita wanita sihir si teman kupu-kupu dalam cerita ini)
  10. Coba kamu tuliskan pesan atau nasihat apa yang ingin disampaikan pengarang melalui cerita tersebut! (Pertemanan tidak melihat seberapa buruk orang itu di mata orang lain)
  11. Pernahkah kamu mendengar riwayat pengarang cerita pendek tersebut? (Komang Ira Puspitaningsih adalah penulis wanita asal Yogyakarta)

Ide Pokok
  1. Ning melihat perempuan yang ayahnya ceritakan padanya di dekat taman. 
  2. Ning takjub dan mengejar kupu kupu yang menghampiri seorang perempuan. 
  3. Ning sadar dan tak menyangka bahwa perempuan itu tidak seperti yang ayahnya ceritakan. 
  4. Ayah Ning menceritakan masa kecil Ning.
  5. Ayah Ning rindu menceritakan dongeng untuk mengenang masa kecil Ning. 
  6. Setiap senja selalu ada seseorang yang duduk di sudut taman. 
  7. Orang-orang sekitar yang tidak mengenali dan berbicara pada perempuan itu. 
  8. Bagi Ning tidak ada yang mengherankan sama seperti dirinya mencintai kupu kupu. 
  9. Orang orang mulai curiga dengan keberadaan peempuan itu. 
  10. Ayah menceritakan perempuan yang ada di taman. 
  11. Ning mendatangi perempuan itu di taman. 
  12. Perempuan itu menyuruh Ning pulang karena sudah hampir malam.
  13. Pada saat senja Ning tidak melihat kupu kupu di taman. 
  14. Ning tidak melihat perempuan itu di taman. 
  15. Ning bercerita pada ayahnya saat perempuan itu melarang Ning datang ke taman lagi. 
  16. Ning rindu bertemu kedua kupu kupu dan ingin bertemu perempuan itu. 
  17. Di halaman rumah Ning penuh dengan kupu kupu. 
  18. Mata Ning berkaca kaca melihat kupu kupu yang indah. 
  19. Ning ingin ibunya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar